Baru aja selesai baca postingan seorang teman di multiply, dan kemudian gw coba utk menelaah kembali postingan itu ... Well, biasanya emang titik balik selalu terjadi di moment lebaran festive ini. Karena banyak orang punya pikiran ini adalah moment meminta maaf dan mohon di maafkan ..
Puluhan sms minal aidin wal faizin ada di HP, kebanyakan malah berasal dari nomor-nomor yang gw gak kenal siapa ... ada yang meninggalkan nama tp ada juga gak cuma sekedar fwd sms dari yang sebelumnya ... YM juga puluhan offline message utk berlebaran meminta maaf dan ucapan layaknya penulis dadakan yg menciptakan kata-kata indah utk lebaran ...
“Ada kalanya maaf itu mungkin memang tidak bisa diberikan. Ada kalanya seseorang itu memang tidak perlu harus dimaafkan. Karena apa yang dilakukannya memang terlalu menyakitkan dan karenanya memang tidak bisa dimaafkan.”
(taken from Alia's Multiply page)
Ini karena gw menerima Offline message dari seorang wanita yang rajin banget berkirim sms dengan tulisan yang indah, entah dari mana kata-kata indah itu dia dapatkan. Dulu masih gw bales hanya utk sekedar mengucapkan terima kasih. Tapi kemudian gw berpikir "Kata maaf sudah sering di lontarkan oleh wanita ini, sehingga maknanya sendiri jadi luntur."
Karena percuma buat wanita ini menuliskan kata maaf puluhan, ratusan bahkan ribuan jika dia sendiri gak tau utk apa dia meminta maaf. Jadinya maaf buat wanita ini kok jadi terlihat sangat komersil ya?
Terus SMS juga gw terima dari lelaki yang dulu "mungkin" sempat menjadi penting dalam hidup gw, tp kok kemudian rasanya biasa aja ya? Bahkan keinginan utk membalas SMS nya saja rasanya sudah enggan ya? Dulu gw begitu ingin menunjukkan bahwa gw sudah memaafkan dia, hanya utk terlihat "bahwa gw sudah menjadi orang yang lebih baik dengan memberika maaf, dan meminta maaf terlebih dahulu" .. tp kemudian kok jadi terkesan egois sekali ya?
Muncul beberapa pertanyaan ...
Kenapa juga gw harus memaafkan dia
kalau dia sendiri mungkin tidak menyadari kesalahannya?
Kenapa juga gw harus memaafkan dia
kalau dia sendiri tidak ada usaha untuk mendapatkan maaf dari gw? Terus kenapa harus gw yang usaha terus meminta maaf seolah-olah gw lah yang bersalah ya?
Kenapa juga gw harus memaafkan dia
demi agar dia tidak merasa bersalah lagi karena perbuatan dia dan wanita itu yg telah memfitnah dan berbohong kesana kemari ya?
Kenapa juga gw harus memaafkan mereka karena katanya manusia itu tidak sempurna?
Akh, gw terlalu malas untuk membalas dan gw sangat percaya suatu saat nanti mereka akan menerima balasan perbuatan mereka berkali-kali lipat, karena what goes around comes around.
Itu semua bukan karena gw masih sakit hati, ato merasa dendam. Tapi mungkin karena prinsip yang gw miliki sebetulnya sangat mendasar sekali yang tidak bisa seenaknya di langgar, karena itu adalah hal dasar yang harusnya di miliki semua manusia yang beradab dan mengaku punya pendidikan ya... yaitu KEPERCAYAAN dan TANGGUNG JAWAB!
Karenanya, pilihan gw adalah menjauh dan melupakan. Dan menikmati yang gw punya sekarang. Melupakan berarti memutuskan hubungan. Menghapus mereka dari hidup saya,karena hidup saya jauh lebih baik tanpa mereka.
Oh, well gw mungkin masih punya hati yang sempit dan belum sempurna menjadi makhluk Tuhan. Karena gw belum ngerasa tepat utk memberikan pengampunan kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas diri mereka yang mengorbankan orang lain utk kepentingan mereka, dan menjual fitnah utk membenarkan sesuatu yang di dasarkan atas kedustaan...
(thks to Alia, I'm quoting some of her statement)
- Murnikan hati yang telah kotor karena kenistaan fitnah yang ada, bersihkan hati dari ketidak puasaan terhadap diri sendiri, lebarkan hati utk bisa mencintai diri sendiri tanpa kepura-puraan, sucikan diri dari kebohongan yang terus di tumpuk utk kesenangan orang lain, kubur keinginan memiliki yang bukan miliknya, tata kembali diri menjadi jiwa yang bersih agar maaf bisa di haturkan dengan keikhlasan dan kepercayaan kepada kata MAAF itu sendiri -
MINAL AIDIN WAL FAIZIN, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429H
No comments:
Post a Comment